LULOPEDIA.ID: Malam yang syahdu di Baubau pada Kamis, 28 November 2024, menjadi saksi bisu pertemuan istimewa para pemimpin adat dari penjuru Nusantara.
Aula kantor Wali Kota Baubau di Palagimata yang megah itu dipenuhi para Raja dan Sultan dari berbagai kesultanan dan kerajaan yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN).
Dengan balutan busana adat yang penuh wibawa, mereka datang tak hanya untuk merayakan budaya, tetapi juga untuk memberikan apresiasi kepada seorang pemimpin lokal yang telah berjasa menjaga kekayaan adat dan budaya Buton.
Ketua Umum FSKN YM Karaeng Turikale VIII Maros, Brigjen Pol. Dr. AA Mapparesa, MM, M.Si, berdiri di hadapan undangan. Dalam nada suara yang penuh kehangatan, ia menyampaikan penghargaan mendalam kepada Pj Wali Kota Baubau, Dr. H. Muh Rasman Manafi, SP, M.Si, atas dedikasinya yang tulus dalam melestarikan adat dan budaya Buton.
“Kesadaran dan keikhlasan untuk mempertahankan adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai leluhur adalah fondasi bagi keberlanjutan warisan budaya kita,” ujar AA Mapparesa. Ia menegaskan, apa yang dilakukan Dr. Rasman Manafi bersama perangkat adat Kesultanan Buton telah menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai luhur dapat terus hidup di tengah modernisasi.
Dalam pidatonya, AA Mapparesa juga mengingatkan sejarah bahwa pataka Forum Silaturahmi Keraton Nusantara pernah berakhir di Kota Baubau pada tahun 2019. Kala itu, di bawah kepemimpinan almarhum Dr. H. AS Tamrin, MH, Kota Baubau menjadi tuan rumah Festival Keraton Masyarakat Adat (FKMA).
Peristiwa tersebut meninggalkan kesan mendalam, tidak hanya bagi para tamu dari berbagai kerajaan, tetapi juga bagi masyarakat Baubau sendiri.
Oleh karena itu, AA Mapparesa menyampaikan pesan penting agar semangat itu tidak berhenti di masa lalu. Ia mengusulkan agar FKMA dapat kembali diselenggarakan di tahun 2025.
“Masalah waktu dan biaya seharusnya tidak menjadi penghalang. Yang terpenting adalah semangat silaturahmi yang menggerakkan hati untuk hadir kembali,” katanya.
Malam itu juga mencatat momen spesial dengan hadirnya perwakilan Kerajaan Timor, kini berada di wilayah Timor Leste. Kehadiran ini menjadi simbol bahwa semangat adat tidak mengenal batas geografis. YM AA Mapparesa menyampaikan, “Dalam lembaga adat, tidak ada batas wilayah. Semua berbagi satu misi yang sama, yaitu melestarikan adat dan budaya.”
Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun secara politik terdapat pemisahan antarnegara, semangat persatuan melalui adat tetap terjaga. Budaya menjadi jembatan yang menyatukan, melampaui sekat-sekat administratif yang ada.
Gala dinner malam itu tidak hanya menjadi ajang penghormatan kepada Baubau, tetapi juga menjadi momen refleksi tentang pentingnya menjaga dan mengembangkan budaya Nusantara. Pj Wali Kota Baubau, Dr. H. Muh Rasman Manafi, dalam tanggapannya menyampaikan rasa terima kasih dan kebanggaannya. Ia menegaskan komitmen untuk terus bekerja sama dengan perangkat adat dan komunitas budaya guna memastikan tradisi Buton tetap menjadi kebanggaan generasi mendatang.
Keinginan untuk kembali menyelenggarakan FKMA 2025 sejalan dengan visi ini. Festival tersebut diharapkan tidak hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga sarana untuk mempererat hubungan antarkerajaan dan kesultanan, sekaligus memperkenalkan kekayaan Buton kepada dunia.
Malam semakin larut, tetapi semangat para hadirin tetap menyala. Gala dinner itu bukan sekadar perjamuan, melainkan wujud nyata bahwa pelestarian adat adalah tanggung jawab kolektif yang harus dijalankan bersama. Seperti yang diungkapkan AA Mapparesa, “Pemerintahan adat tidak memiliki batas wilayah karena semua bergerak dengan hati.”
Baubau, dengan kekayaan budaya Buton yang tiada duanya, kembali menjadi episentrum semangat adat Nusantara. Melalui kolaborasi antara pemimpin lokal dan komunitas budaya, kota ini menunjukkan bahwa tradisi tidak hanya tentang masa lalu, tetapi juga masa depan yang harus terus diperjuangkan.
Laporan: Shen Keanu