LULOPEDIA.ID: Pada Jumat pagi yang penuh berkah, suara azan menggema dari Masjid Agung Keraton Buton. Warga Pulau Buton berkumpul dengan penuh khidmat, menyaksikan sejarah baru yang terukir di tanah leluhur mereka. Setelah melalui serangkaian prosesi adat yang panjang dan sakral, Yang Mulia (YM) H. La Ode Kariu akhirnya resmi dinobatkan sebagai Sultan Buton atau Laki Wolio.
Prosesi pelantikan yang dikenal sebagai Bulilingiana Pau menjadi puncak dari perjalanan panjang tradisi. Prosesi ini melibatkan serangkaian ritual adat, mulai dari Tiliki, Buataka Katange, Kambojai, hingga Fali dan Sokaiyana Pau. Setiap tahap ritual ini memiliki makna mendalam yang menghubungkan masa kini dengan nilai-nilai leluhur Kesultanan Buton.
Pelantikan Sultan Buton kali ini tidak hanya menjadi momen bersejarah bagi warga Baubau, tetapi juga menarik perhatian nusantara. Acara tersebut dihadiri Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN), YM Karaeng Turikale VIII Maros Brigjen (Pol) Dr. AA Mapparesa, MM, M.Si, serta para raja dan sultan dari seluruh Indonesia. Tak ketinggalan, Raja Timor dari Timor Leste turut menyaksikan momen sakral ini, menandakan persatuan budaya yang melampaui batas geografis.
Dalam sambutannya, YM Karaeng Turikale VIII Maros menyampaikan dukungan penuh kepada Sultan Buton yang baru dilantik. Ia menekankan pentingnya peran kesultanan dalam melestarikan nilai-nilai budaya leluhur.
“Paduka Yang Mulia Sultan Buton, atas nama seluruh Raja dan Sultan Nusantara, kami mengucapkan selamat dan rasa syukur atas amanah yang telah dipercayakan kepada Anda. Kami yakin, Kesultanan Buton akan menjadi mitra strategis pemerintah dalam pelestarian budaya dan pewarisan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus,” ujarnya.
YM AA Mapparesa juga mengapresiasi dukungan Pemerintah Kota Baubau yang dipimpin oleh Pj Wali Kota Baubau, Dr. H. Muh Rasman Manafi, SP, M.Si. Ia menilai, sinergi antara pemerintah dan adat sangat penting untuk menjaga persatuan masyarakat. “Yang paling mahal dari semua ini adalah persatuan. Dengan pelantikan ini, Kesultanan Buton dan Pemkot Baubau telah menunjukkan bagaimana budaya dapat menjadi mercusuar yang mempersatukan bangsa,” tambahnya.
Pelantikan ini bukan sekadar acara seremonial. Ritualnya diawali di masjid, melibatkan doa-doa Islami yang melandasi pengukuhan Sultan Buton dengan nilai religius. Setelah itu, prosesi adat dilanjutkan di Baruga, tempat sakral yang menjadi pusat tradisi Kesultanan Buton. Dengan dilaksanakannya ritual ini, pelantikan YM La Ode Kariu dinilai sebagai prosesi adat yang lengkap dan kaya makna.
“Ini adalah pelantikan yang tidak hanya sakral, tetapi juga mencerminkan pelestarian tradisi dalam wujudnya yang terbaik,” ungkap YM AA Mapparesa.
Momen ini menjadi pengingat akan pentingnya melestarikan tradisi leluhur. Kesultanan Buton, yang telah berdiri selama berabad-abad, tetap menjadi simbol kekuatan budaya di tengah perubahan zaman. Pelantikan Sultan Buton bukan hanya peristiwa lokal, tetapi juga bagian dari upaya kolektif untuk menjaga identitas bangsa.
Dengan terpilihnya YM La Ode Kariu sebagai Sultan Buton, harapan besar disematkan di pundaknya. Ia tidak hanya bertugas sebagai pemimpin adat, tetapi juga sebagai penjaga warisan budaya yang harus diteruskan kepada generasi mendatang. YM Karaeng Turikale VIII Maros mengungkapkan keyakinannya bahwa Sultan Buton akan membawa nilai-nilai luhur leluhur ke tingkat yang lebih tinggi.
“Kami berharap seluruh warga Baubau dan kerabat Kesultanan Buton memberikan dukungan penuh. Pelantikan ini adalah bukti bahwa budaya kita dapat diwariskan dengan cara yang positif, menciptakan harmoni bagi generasi mendatang,” tutupnya.
Momen pelantikan ini telah menorehkan babak baru dalam sejarah Kesultanan Buton. Dalam suasana yang penuh haru dan bangga, Pulau Buton hari ini berdiri sebagai mercusuar budaya, tidak hanya untuk warganya, tetapi juga untuk Nusantara.
Laporan: Shen Keanu