LULOPEDIA.ID: KOLAKA —Suasana debat publik yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Tenggara, Jumat malam (1/11/2024), terasa berbeda. Di atas panggung yang diterangi sorotan lampu, dua sosok pemimpin muda berbicara dengan penuh keyakinan.
Tina Nur Alam dan La Ode Muhammad Ihsan Taufik Ridwan tidak sekadar berdiskusi tentang politik. Mereka membagikan visi mereka untuk merombak wajah Sultra, dari provinsi yang sering terpinggirkan menjadi daerah yang mampu bersaing secara global, memanfaatkan digitalisasi dan potensi lokal.
“Masa depan Sultra adalah masa depan anak mudanya,” ujar Ihsan dengan nada optimis, mengawali paparan tentang Bahteramas Creatif Hub, inisiatif yang dirancang sebagai katalis perubahan.
“Kami ingin Bahteramas Creatif Hub ini menjadi wadah inovasi dan kreasi, tempat anak muda Sultra dapat mengembangkan ide-ide kreatif yang siap bersaing di panggung dunia,” tambahnya.
Pernyataan tersebut disambut dengan gemuruh tepuk tangan dari hadirin, mempertegas dukungan dan rasa ingin tahu publik akan ide revolusioner ini.
Bayangkan sebuah ruang yang tidak hanya memberikan fasilitas seperti studio kreatif dan laboratorium digital, tetapi juga dipenuhi dengan mentor-mentor yang siap membimbing generasi milenial dan Gen Z.
Bahteramas Creatif Hub ini, terinspirasi oleh kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan bahkan Silicon Valley, diharapkan mampu membawa budaya inovasi dan keberanian bereksperimen ke tanah Sultra.
“Bukan hanya soal fasilitas,” lanjut Ihsan, “tapi juga ekosistem, di mana pelatihan intensif dan pendampingan khusus bagi perempuan dan anak muda akan menjadi inti.”
Namun, gagasan besar itu tidak berdiri sendiri. Tina Nur Alam, yang dikenal sebagai sosok pemimpin dengan perhatian besar pada pendidikan, menambahkan elemen lain dalam puzzle transformasi ini: sekolah vokasi berbasis sektor unggulan. Di hadapan panel juri dan penonton yang memadati ruangan, Tina berbicara penuh semangat tentang peran penting pendidikan keterampilan dalam mempersiapkan generasi muda Sultra menghadapi persaingan tenaga kerja.
“Kita tidak ingin anak-anak muda Sultra hanya jadi penonton di daerah mereka sendiri,” tegas Tina. Kalimat itu menyentuh hati, mengingatkan betapa seringnya sumber daya manusia lokal harus menyerahkan peluang kerja kepada pendatang dari luar.
Sekolah vokasi ini, jelasnya, akan fokus pada sektor-sektor strategis seperti pertambangan, pariwisata, dan pertanian, yang menjadi denyut nadi ekonomi Sultra. “Dengan keterampilan yang sesuai, kita akan memastikan bahwa pemuda Sultra memiliki daya saing dan siap kerja.”
Ada data dan fakta yang mendukung urgensi visi ini. Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di kalangan pemuda meningkat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh ketidakcocokan keterampilan dengan kebutuhan industri. Sekolah vokasi yang ditawarkan Tina dan Ihsan diharapkan menjadi solusi konkret, meruntuhkan tembok penghalang antara pendidikan dan dunia kerja.
Program ini seolah menjadi harapan baru bagi masyarakat yang sudah lama memimpikan perubahan. “Ini bukan sekadar janji politik,” kata Tina dengan nada serius.
“Kami ingin membangun ekosistem yang berkelanjutan, di mana ekonomi kreatif dan pendidikan vokasi berjalan beriringan, memperkuat posisi Sultra di tingkat nasional dan global.”
Langkah ambisius lainnya adalah pendirian Bahteramas Science Center, sebuah pusat riset dan inovasi yang bertujuan mendukung perkembangan teknologi dan sains di Sultra. Bayangkan anak-anak muda di Sultra yang selama ini harus pergi ke kota besar untuk mendapatkan pendidikan sains dan teknologi, kini dapat mengakses ilmu pengetahuan mutakhir tanpa meninggalkan tanah kelahirannya.
Tina menegaskan bahwa program ini bukan sekadar investasi infrastruktur, melainkan investasi masa depan.
Namun, apakah mimpi besar ini dapat terwujud? Ahli ekonomi dan pengamat pendidikan memuji inisiatif Tina-Ihsan, tetapi mereka juga mengingatkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Diperlukan usaha besar untuk membangun jejaring dan mengelola dana secara efektif, agar semua rencana ini tidak hanya menjadi harapan kosong.
“Sultra harus bangkit dengan kemampuan anak-anaknya sendiri,” ujar Ihsan dalam pernyataan penutupnya malam itu. “Bahteramas Creatif Hub dan sekolah vokasi ini adalah kunci, tetapi kesuksesan hanya bisa diraih jika semua pihak ikut bergerak.”
Kata-kata tersebut meninggalkan kesan mendalam, membangkitkan semangat di hati banyak orang yang hadir malam itu. Harapan akan masa depan Sultra yang lebih mandiri, kuat, dan modern tampak lebih nyata dari sebelumnya.
Laporan: Shen Keanu