LULOEPDIA.ID: KOLAKA UTARA – Di Aula Masjid Agung, ratusan warga telah berkumpul, menanti sebuah harapan baru yang dibawa oleh para pemimpin mereka. Hari itu, Senin, 24 Februari 2025, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) bersama Badan Gizi Nasional (BGN) hadir untuk mengenalkan program yang akan menjadi harapan baru bagi anak-anak Indonesia: Makan Bergizi Gratis (MBG).
Suasana di dalam aula begitu hidup. Sekitar 300 warga Kolaka Utara hadir, mulai dari ibu-ibu rumah tangga, petani, hingga tenaga pendidik. Mereka datang dengan satu pertanyaan besar di benak mereka: bagaimana program ini akan mengubah kehidupan mereka?
Di depan ruangan, Ahmad Safei, anggota Komisi IX DPR RI, berdiri dengan penuh semangat. Dalam sambutannya, ia tak bisa menyembunyikan rasa bangganya melihat antusiasme masyarakat Kolaka Utara terhadap program ini.
“Para peserta sangat banyak dan antusias. Ini tanda bahwa masyarakat benar-benar peduli akan pentingnya gizi untuk generasi mendatang,” ungkapnya.
Bukan tanpa alasan. Indonesia tengah menghadapi krisis gizi yang serius. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting di Indonesia masih berada di 21,6%, jauh dari target WHO yang menetapkan angka aman di bawah 20%. Kekurangan gizi pada anak bukan hanya berdampak pada tinggi badan, tetapi juga mempengaruhi perkembangan kognitif dan daya saing mereka di masa depan.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hadir sebagai solusi untuk memastikan anak-anak dan ibu hamil mendapatkan asupan gizi yang layak. Tidak hanya menekan angka stunting, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal.
Dalam pemaparannya, Ahmad Safei menegaskan bahwa program ini bukan sekadar tentang memberi makan gratis. Lebih dari itu, MBG menjadi peluang bagi masyarakat untuk ikut terlibat dalam penyediaan makanan sehat.
“Dengan adanya program ini, masyarakat bisa menjadi mitra dalam penyediaan bahan pangan sehat, sehingga roda ekonomi lokal juga ikut bergerak,” jelasnya.
Salah satu contoh konkret adalah dengan melibatkan petani dan UMKM lokal untuk memasok bahan makanan. Dengan begitu, program ini tidak hanya meningkatkan gizi masyarakat, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang luas bagi komunitas.
Di sisi lain, Imam Bachtiar Farianto, perwakilan dari Badan Gizi Nasional (BGN), menegaskan bahwa pembangunan gizi nasional tidak bisa dilakukan hanya di tingkat kota besar. BGN memiliki misi untuk menjangkau desa-desa terpencil, memastikan bahwa setiap anak Indonesia mendapatkan akses gizi yang layak.
“Kami membangun dari desa, dari bawah, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, memberantas kemiskinan, dan memperkuat pembangunan sumber daya manusia,” ungkapnya.
BGN, sebagai lembaga non-kementerian yang fokus pada pemenuhan gizi, mendukung penuh inisiatif ini. Mereka tidak hanya menyalurkan makanan bergizi, tetapi juga memberikan edukasi mengenai pola makan sehat, pentingnya protein, serta cara memanfaatkan pangan lokal secara optimal.
Program Makan Bergizi Gratis bukanlah program sembarangan. Ini adalah salah satu janji utama dari Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam kampanye mereka.
Sejak awal, pasangan ini berkomitmen untuk menekan angka stunting dan malnutrisi di Indonesia. Dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk BGN dan DPR RI, mereka memastikan program ini berjalan efektif dan tepat sasaran.
Menurut data Bank Dunia (2023), setiap $1 yang diinvestasikan dalam gizi anak akan menghasilkan keuntungan ekonomi sebesar $16 dalam jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa investasi dalam gizi bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memperkuat masa depan ekonomi bangsa.
Meski program ini disambut dengan baik, tantangan tetap ada. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah distribusi dan pengawasan. Bagaimana memastikan bahwa makanan benar-benar sampai ke anak-anak yang membutuhkan? Bagaimana memastikan bahwa kualitas makanan tetap terjaga?
Untuk itu, peran masyarakat sangat penting. Ahmad Safei mengajak seluruh warga Kolaka Utara untuk ikut berperan dalam mengawasi program ini.
“Jangan hanya menjadi penerima manfaat, tapi jadilah pengawas. Laporkan jika ada penyimpangan, karena ini adalah hak kita bersama,” pesannya.
Dengan semangat gotong royong dan pengawasan yang ketat, program ini diharapkan tidak hanya menjadi janji politik, tetapi benar-benar membawa perubahan nyata bagi generasi mendatang.
Saat acara berakhir, seorang ibu bernama Nurhayati, 38 tahun, mendekati meja panitia. Ia seorang ibu rumah tangga dengan dua anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
“Saya berharap program ini bisa berjalan lancar, agar anak-anak saya bisa makan lebih sehat dan tumbuh lebih baik,” katanya dengan mata berbinar.
Di sudut lain, sekelompok pemuda desa mulai berdiskusi tentang bagaimana mereka bisa berkontribusi dalam program ini—apakah dengan menjadi pemasok bahan pangan, atau bahkan membuka usaha katering berbasis makanan sehat.
Senja mulai meredup, tetapi harapan baru telah menyala. Program Makan Bergizi Gratis bukan hanya tentang makanan, tetapi tentang masa depan. Masa depan anak-anak Kolaka Utara, masa depan Indonesia. (adv)