LULOPEDIA.ID: KOLAKA TIMUR – Di sebuah aula di jantung Kolaka Timur, ratusan warga berkumpul. Wajah-wajah penuh harapan menyambut sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Badan Gizi Nasional (BGN). Suasana saat itu tak hanya diisi dengan pidato para pejabat, tetapi juga oleh semangat baru bagi masyarakat yang selama ini berjuang untuk mendapatkan asupan gizi yang lebih baik.
Dari kejauhan, seorang ibu muda menggendong anaknya. Wati (32), warga setempat, berharap program ini bisa membantu keluarganya mendapatkan makanan yang lebih bergizi. “Kalau benar program ini bisa berjalan dengan baik, anak-anak kami tak lagi harus makan seadanya,” ujarnya dengan mata berbinar.
Program Makan Bergizi Gratis adalah salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Diluncurkan pada 6 Januari 2025, program ini bertujuan untuk menekan angka stunting dan malnutrisi, sekaligus memastikan bahwa anak-anak dan ibu hamil mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Dalam acara sosialisasi ini, hadir pula Anggota Komisi IX DPR RI Ahmad Safei, Bupati Kolaka Timur Andi Muh. Iqbal Tongasa, dan perwakilan Badan Gizi Nasional, Imam Bachtiar Farianto. Sosialisasi ini bukan sekadar seremoni, tetapi bagian dari pertanggungjawaban anggota DPR dalam memastikan bahwa program berjalan sesuai rencana.
Namun, pelaksanaan di lapangan masih menghadapi tantangan. Hingga Februari 2025, baru satu dapur MBG yang tersedia di Kolaka. “Kita bisa makan gratis, tapi sampai sekarang belum tersedia karena dapur baru ada satu,” ungkap Ahmad Safei dalam sambutannya. Pernyataan ini menjadi tamparan kecil bagi realisasi program yang ambisius ini.
Sejalan dengan pernyataan Safei, Badan Gizi Nasional (BGN) juga menekankan pentingnya pembangunan dapur MBG atau yang dikenal dengan Satuan Pelaksana Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai daerah. Ahmad Safei pun menegaskan harapannya agar dapur-dapur MBG segera terwujud di Kolaka Timur dan wilayah lain di Indonesia.
“Kalau dapur MBG bertambah, masyarakat bisa segera merasakan manfaat program ini secara langsung,” lanjutnya.
Pernyataan ini diamini oleh Imam Bachtiar Farianto, perwakilan BGN, yang menegaskan bahwa lembaga tersebut berperan dalam memastikan pemenuhan gizi berbasis lingkungan, budaya, dan kualitas SDM. “BGN hadir untuk membangun masyarakat yang lebih sehat dengan gizi berkualitas. Semua pihak bisa menjadi mitra BGN, tanpa biaya sepeser pun,” katanya.
Meskipun masih dalam tahap awal, Program MBG memiliki target yang cukup ambisius. Pada April 2025, program ini ditargetkan akan menjangkau 3 juta anak Indonesia. Lalu, pada Agustus 2025, jumlah penerima manfaat akan bertambah menjadi 15 juta anak, hingga akhirnya pada akhir tahun 2025, seluruh anak Indonesia dapat menikmati makanan bergizi secara gratis.
Namun, jalan menuju realisasi program ini tidaklah mudah. Tantangan utama adalah infrastruktur dapur MBG yang masih sangat terbatas. Selain itu, koordinasi antara pemerintah daerah, DPR, dan BGN juga menjadi faktor penentu keberhasilan program ini.
Bagi masyarakat Kolaka Timur dan daerah lain di Indonesia, program Makan Bergizi Gratis bukan hanya sekadar proyek pemerintah, tetapi juga janji masa depan yang lebih baik. Program ini diharapkan dapat menjadi langkah nyata dalam melawan stunting, malnutrisi, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Wati, ibu muda yang hadir di acara sosialisasi, berharap agar program ini benar-benar bisa dijalankan dengan optimal. “Kami ingin anak-anak kami tumbuh sehat, pintar, dan kuat. Semoga program ini benar-benar bisa berjalan dengan baik, bukan hanya sekadar janji,” ujarnya dengan suara penuh harap.
Indonesia kini berada di persimpangan jalan. Program Makan Bergizi Gratis bisa menjadi tonggak sejarah bagi generasi mendatang—jika benar-benar direalisasikan dengan komitmen tinggi (Adv)