LULOPEDIA.ID: Indonesia tengah berupaya keras mewujudkan visi Generasi Emas 2045, memanfaatkan bonus demografi dengan menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, kreatif, dan berdaya saing.
Salah satu tantangan utama yang harus diatasi adalah stunting—kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis.
Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, berbagai strategi dan intervensi telah dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Kota Baubau.
Pada Sabtu, 23 November 2024, Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau mengadakan pertemuan penting terkait diseminasi dan rencana tindak lanjut audit kasus stunting tingkat kota.
Pertemuan ini dihadiri oleh Asisten III Sekretariat Daerah Kota Baubau, La Ode Darus Salam, S.Sos, M.Si, yang mewakili Penjabat Wali Kota Baubau.
Dalam sambutannya, La Ode Darus Salam menekankan pentingnya kolaborasi semua elemen yang bertanggung jawab dalam pembangunan untuk menyamakan persepsi dan membangun komitmen bersama dalam mencari solusi terbaik bagi Kota Baubau.
“Pertemuan ini menjadi sarana koordinasi seluruh pemangku kepentingan yang telah ditetapkan dalam tim percepatan penurunan stunting Kota Baubau dan tim audit stunting, yang melibatkan pemerintah, swasta, maupun organisasi kemasyarakatan,” ujarnya.
Stunting merupakan ancaman serius terhadap kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, Pemkot Baubau menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu prioritas utama.
Permasalahan ini harus dihadapi secara terpadu dan terintegrasi oleh semua pihak, termasuk pemerintah, pengusaha swasta, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta keluarga dan individu.
Upaya bersama ini mencakup penanganan gizi, peningkatan kualitas sanitasi, akses pendidikan dan kesehatan, serta penguatan sumber-sumber pendapatan keluarga.
“Dengan menetapkan tim percepatan penurunan stunting di tingkat kota, kecamatan, dan kelurahan, saya tekankan kepada semua kepala OPD, camat, lurah, serta pihak-pihak terkait untuk melakukan sinergi dan kolaborasi. Diharapkan, upaya ini dapat menurunkan angka stunting secara signifikan,” tambah La Ode Darus Salam.
Keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari besarnya anggaran yang dikeluarkan, tetapi juga dari seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
Oleh karena itu, Pemkot Baubau berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan benar-benar memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas hidup warga, khususnya dalam upaya penurunan stunting.
Data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Kota Baubau mencapai 26%, sedikit di bawah angka provinsi Sulawesi Tenggara yang sebesar 27,7%. Meskipun demikian, angka ini masih jauh dari target nasional 14% pada tahun 2024. Oleh karena itu, diperlukan upaya ekstra dan komitmen kuat dari semua pihak untuk mencapai target tersebut.
Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan adalah pelaksanaan audit kasus stunting. Audit ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stunting secara spesifik di tingkat lokal, sehingga intervensi yang dilakukan dapat lebih tepat sasaran.
Selain itu, Pemkot Baubau juga telah membentuk tim percepatan penurunan stunting yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan organisasi kemasyarakatan.
Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan dapat mempercepat penurunan angka stunting melalui berbagai program intervensi, seperti pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita, peningkatan akses sanitasi dan air bersih, serta edukasi mengenai pola asuh dan gizi seimbang.
Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat, Kota Baubau optimis dapat mencapai target penurunan stunting sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Laporan: Shen Keanu